Jenggot Panjang dan Kitab Tebal - Fiqih Santai
Terpekah - Dalam kesempatan ini, Terpekah ingin menyampaikan mengenai sebuah fenomena yang sepertinya sudah salah kaprah bahwa seseorang yang ahli ilmu haruslah orang yang berjenggot panjang dan bersorban. Bagaimana menurut Anda, setuju kah dengan hal itu? kalau saya sih tidak.
Orang berilmu itu tidak selalu harus berpakaian serba putih dan berjenggot panjang. Penampilan yang menarik akan jauh enak dan nyaman untuk dilihat, dengan enak dilihat ini maka orang-orang awam seperti saya ini akan lebih senang dan nyaman dalam menerima apa yang ahli ilmu itu sampaikan atau dakwahkan.
Ada kesan yang hingga kini tak bisa dihindarkan ketika kita berbicara mengenai fiqih. Kesan itu adalah bahwasanya fiqih merupakan dunia yang seram, berat dan melelahkan .Fiqih hanya di tekuni oleh orang-orang tertentu dengan penampilan yang tertentu pula. Gambaran atau image yang selalu muncul dalam benak kita tentang ahli fiqih adalah seseorang yang dengan sosok berjenggot tebal dan panjang, bersorban putih, serta duduk dikelilingi oleh kitab-kitab berat.
Padahal tidak begitu loh teman-teman. meskipun ada memang yang berpenampilan seperti itu. tapi tidak selamanya citra yang muncul itu benar. Sebut saja Ustad Yusuf Mansur, Ustad Abdul Somad, AA Gym dan ustad-ustad muda lainnya yang kita kenal sebagai orang yang ahli dalam bidang agama. Penampilan mereka tidak seperti yang saya sebutkan diatas. Tidak selalu berjenggot tebal dan panjang, bersorban putih dan selalu berpakaian serba putih. Tetapi para ustad yang saya sebutkan diatas tidak demikan, mereka rapi, berpenampilan menarik tetapi tetap berilmu.
Jadi jika ada orang yang beranggapan bahwa untuk menjadi seorang yang ahli ilmu fiqih itu harus berjenggot tebal dan panjang, berarti ilmu orang itu masih dangkal, masih fanatik.
Ada kesan yang hingga kini tak bisa dihindarkan ketika kita berbicara mengenai fiqih. Kesan itu adalah bahwasanya fiqih merupakan dunia yang seram, berat dan melelahkan .Fiqih hanya di tekuni oleh orang-orang tertentu dengan penampilan yang tertentu pula. Gambaran atau image yang selalu muncul dalam benak kita tentang ahli fiqih adalah seseorang yang dengan sosok berjenggot tebal dan panjang, bersorban putih, serta duduk dikelilingi oleh kitab-kitab berat.
Padahal tidak begitu loh teman-teman. meskipun ada memang yang berpenampilan seperti itu. tapi tidak selamanya citra yang muncul itu benar. Sebut saja Ustad Yusuf Mansur, Ustad Abdul Somad, AA Gym dan ustad-ustad muda lainnya yang kita kenal sebagai orang yang ahli dalam bidang agama. Penampilan mereka tidak seperti yang saya sebutkan diatas. Tidak selalu berjenggot tebal dan panjang, bersorban putih dan selalu berpakaian serba putih. Tetapi para ustad yang saya sebutkan diatas tidak demikan, mereka rapi, berpenampilan menarik tetapi tetap berilmu.
Jadi jika ada orang yang beranggapan bahwa untuk menjadi seorang yang ahli ilmu fiqih itu harus berjenggot tebal dan panjang, berarti ilmu orang itu masih dangkal, masih fanatik.
berbicara tentang orang dan ilmu, Rasululloh pernah menyampaikan bahwa ilmu yang diberikan allah itu ibarat hujan yang jatuh di atas sebuah tanah. Diantara tanah-tanah itu ada tanah yang sangat subur, menyerap air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, rumput dan menghijaukan. Namun ada juga tanah yang kering, tetapi mampu menahan air. Dan tanah seperti ini Allah memberikan manfaat untuk di ambil airnya untuk minum dan bercocok tanam. Tetapi selain ada tanah yang subur dan kering, ada juga tanah yang tandus dan datar. Tidak mampu menahan air hujan dan tidak pula menumbuhkan rerumputan.
Penjelasan dari istilah diatas adalah bahwa Tanah pertama diibaratkan seorang ahli agama, seorang ahli fiqih yang mampu memanfaatkan ilmunya untuk kemaslahatan umat dan orang lain. Ia mampu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.
Tanah yang kedua adalah ibarat orang-orang yang mampu memelihara apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar, lalu ia memanfaatkannya untuk dirinya sendiri.
Sedangkan tanah yang ketiga adalah ibarat orang-orang yang tidak mau memelihara apa yang ia dengar dan ia lihat. Karena ia juga tidak bermanfaat untuk orang lain disekitarnya.
Sedangkan tanah yang ketiga adalah ibarat orang-orang yang tidak mau memelihara apa yang ia dengar dan ia lihat. Karena ia juga tidak bermanfaat untuk orang lain disekitarnya.
Termasuk orang ke berapakah kita? mudah-mudahan kita termasuk kedalam orang-orang yang selalu memperbaiki diri dan orang-orang yang berilmu. Karena kita tahu bahwa orang berilmu lebih tinggi derajatnya dibandingkan orang ahli ibadah tapi tak berilmu.
Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang tidak berilmu atau bukan ahlinya, yang bisa kita lakukan adalah menunggu kehancuran