Pentingnya Teori Belajar Bagi Seorang Guru
Seorang yang berprofesi sebagai Guru hendaknya betul-betul memahami landasan pendidikan. Bagaimanapun juga manusia membutuhkan manusia yang lain untuk membentuk kepribadian hingga kecakapan dalam menghadapi kehidupan.Ibarat sebuah rumah apabila pondasinya kuat maka bangunannya akan kokoh. Begitu juga seorang guru yang memahami pentingnya akan landasan pendidikan akan membuatnya menjadi seorang pendidik yang tahu arah dan tujuan serta apa yang harus ia lakukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Selain itu pemahaman tentang karakteristik peserta didik yang heterogen akan menjadi salah satu pertimbangan bagaimana seorang guru mendidik supaya seluruh peserta didik terlayani dengan baik. Jangan sampai ada seorang guru yang melaksanakan pendidikan secara tidak merata disebabkan oleh karakteristik peserta didik yang berbeda-beda.
Baca Juga : Soal Ulangan Harian Pola Bilangan Kelas 8{alertWarning}
Dalam proses pendidikan tak bisa lepas dari yang namanya pembelajaran. Belajar itulah satu-satunya jalan yang harus ditempuh untuk mendapatkan sebuah kecakapan yang baru dari yang sebelumnya. Setiap peserta didik dengan karakteristik yang berbeda tentu memiliki gaya belajar yang berbeda pula. Disinilah pentingnya seorang guru harus memahami teori-teori belajar yang ada selama ini. Dari teori belajar itulah kita sebagai seorang guru dapat melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik yang berbeda-beda.
Proses pendidikan tidak hanya melibatkan seorang guru dan seorang murid. Kita berada di sebuah masyarakat dunia dengan budaya yang berbeda-beda. Sehingga diperlukan sebuah perangkat belajar yang dapat menunjang kecakapan hidup dalam bermasyarakat. Maka munculah yang disebut dengan kurikulum. Kurikulum ini yang menjadi bekal guru yang harus dibawa untuk melaksanakan proses pendidikan secara sistematis dan terukur agar peserta didik mendapatkan hasil yang terbaik dari proses pendidikan yang dilaksanakan.
Implikasinya pada Pembelajaran
Sejatinya, pendidikan dan pembelajaran akan berkembang seiring dengan perubahan zaman. Di abad ke-21 ini, pembelajaran tidak hanya berpusat pada kemampuan kognitif, tetapi juga mencakup sejumlah keterampilan personal dan sosial. Keterampilan tersebut dikenal dengan istilah 4C Pembelajaran Abad 21: critical thinking, creativity, collaboration, dan communication.
Critical Thinking (Keterampilan Berpikir Kritis)
Tujuan utama dari kemampuan berpikir kritis atau critical thinking adalah mengarahkan anak untuk dapat menyelesaikan masalah (problem solving). Pola pikir yang kritis juga perlu diterapkan agar anak dapat melatih diri untuk mencari kebenaran dari setiap informasi yang didapatkannya. Critical thinking dapat dikembangkan melalui beragam aktivitas pembelajaran, mulai dari menyusun puzzle hingga berdiskusi.
Creativity (Keterampilan Berpikir Kreatif)
Creativity tidak selalu identik dengan anak yang pintar menggambar atau merangkai kata dalam tulisan. Namun, kreativitas juga dapat dimaknai sebagai kemampuan berpikir outside the box tanpa dibatasi aturan yang cenderung mengikat. Anak-anak yang memiliki kreativitas tinggi mampu berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi atau perspektif. Hasilnya, mereka akan berpikiran lebih terbuka dalam menyelesaikan masalah.Collaboration (Keterampilan Bekerja Sama atau Berkolaborasi)
Collaboration adalah aktivitas bekerja sama dengan seseorang atau beberapa orang dalam satu kelompok untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama. Aktivitas ini penting diterapkan dalam proses pembelajaran agar anak mampu dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam kehidupannya mendatang. Saat berkolaborasi bersama orang lain, anak akan terlatih untuk mengembangkan solusi terbaik yang bisa diterima oleh semua orang dalam kelompoknyaCommunication (Keterampilan Berkomunikasi)
Communication dimaknai sebagai kemampuan anak dalam menyampaikan ide dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif. Keterampilan ini terdiri dari sejumlah sub-skill, seperti kemampuan berbahasa yang tepat sasaran, kemampuan memahami konteks, serta kemampuan membaca pendengar (audience) untuk memastikan pesannya tersampaikan.
Teori yang paling bisa dilaksanakan untuk menyongsong abad ke 21 yaitu konstruktivisme dimana guru dituntut untuk mempelajari teknologi dengan lebih baik sehingga sebagai guru kita bisa menggunakan fasilitas-fasilitas teknologi yang berkembang sekarang dengan baik.
Jika guru semakin menguasai dan faham dalam pengguaan teknologi maka semakin mudah untuk menyampaikan pembelajaran pada abad 21. Dimana pada masa sekarang ini semua kegiatan pembelajaran dapat diakses secara langsung dan mandiri jika kita mampu menggunakan teknologi.